Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

GFI Minta Pemerintah Waspada Keberadaan AFRIMS Amerika

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Kamis, 23 Agustus 2018, 11:02 WIB
rmol news logo . Keberadaan proyek Naval Medical Research Unit 2 (NAMRU-2) Amerika Serikat sebagai pusat penelitian penyakit menular yang ada di Indonesia, kembali akan dibahas oleh Global Future Institute (GFI) ke dalam sebuah diskusi pada Kamis (30/8).

Hal tersebut dilakukan sebagai cara untuk mewaspadai adanya kembali NAMRU-2 di Indonesia yang dinilai tidak bermanfaat hingga akhirnya dihentikan oleh Menteri Kesehatan Fadilah Supari pada 2008 lalu, namun kehadiran pusat riset biomedis terbesar ketiga bagi militer AS (AFRIMS) menjadi kecurigaan sebagai pengganti NAMRU-2.

Apalagi ketika proyek AFRIMS ini menurut informasi yang berhasil dihimpun tim riset Global Future Institute (GFI), sudah menyebar ke beberapa negara di kawasan Asia Tenggara seperti Vietnam, Laos, Singapura, Thailand dan Filipina.

"Kami dari GFI mencermati dengan seksama keberadaan AFRIMS, The Armed Forces Research Institute of Medical Services yang ditengarai sebenarnya merupakan proyek yang sama persis dengan NAMRU-2," kata Ketua GFI, Hendrajit kepada Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (23/8).

Untuk diketahui terbukti pengetahuan tentang penyakit menular seperti TBC dan demam berdarah yang dimiliki para dokter Indonesia malah justru mandek dan tidak ada perkembangan kemajuan dari adanya NAMRU-2 sejak tahun 1970.

"Telah memperkuat kecurigaan Bahwa AS telah melanggar kedaulatan wilayah RI karena telah menggunakan fasilitas yang diberikan Departemen Kesehatan untuk tujuan-tujuan terselubung," papar Hendrajir.

"Temuan (GFI) pada 2007 mengungkap adanya indikasi keterlibatan operasi intelijen Angkatan Laut Amerika untuk pengembangan senjata biologis dengan berkedok sebagai penelitian mengenai penyakit menular," lanjutnya.

Rencananya GFI akan mengadakan diskusi hal tersebut di Wisma Daria, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada Kamis (30/8) dengan mengundang Kementerian Luar Negeri, Kementerian Kesehatan, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), CSIS dan lainnya. Hendrajit menilai hal ini perlu dilakukan untuk mewaspadai kembali adanya NAMRU-2 yang diduga berdalih sebagai AFRIMS.

"Dalam kemungkinan penyebarannya di Indonesia, nampaknya hal ini pun harus segera dilakukan beberapa langkah pencegahan. Mengingat kenyataan bahwa pada 2012 lalu, pemerintah Presiden SBY dan Pemerintah AS telah mengadakan nota kesepakatan untuk membuka kembali proyek NAMRU-2 AS," tandasnya. [rus]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA