Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Cegahan Stunting Untuk Menyongsong Bonus Demografi

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ruslan-tambak-1'>RUSLAN TAMBAK</a>
LAPORAN: RUSLAN TAMBAK
  • Sabtu, 27 Oktober 2018, 09:17 WIB
Cegahan Stunting Untuk Menyongsong Bonus Demografi
Anggia Ermarini/Net
rmol news logo . Bahasa agama dan suara para tokohnya cukup efektif dalam mendukung pencegahan stunting di Indonesia.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Demikian diungkapkan Ketua Umum Pimpinan Pusat Fatayat Nahdlatul Ulama (PP Fatayat NU), Anggia Ermarini di Hotel Aryaduta, Jakarta, Jumat (26/10), dalam gelaran International Young Muslim Women Forum (IYMWF) 2018.

Anggia adalah salah satu pembicara yang menyajikan topik "Inisiatif Pencegahan Stunting untuk Senyum Anak Bangsa".

Menurut perempuan yang juga Inisiator Barisan Nasional Cegah Stunting itu, jarang sekali organisasi keagamaan mengusung isu praktikal seperti stunting.

"Baru kemarin Munas Konbes PBNU merekemondasikan agar stunting diintervensi secara serius oleh pemerintah," ujar Anggia dalam keterangan tertulis.

Jelas dia, selama ini kerja-kerja Fatayat NU dalam isu stunting mengandalkan basis jaringan, pengajian dan struktur kader organisasi.

"Kader-kader Fatayat menjadi tempat bertanya bagi masyarakat," terang Anggia.

Stunting adalah masalah kronis pertumbuhan, mulai dari usia kandungan sampai dua tahun. Kasus stunting di Indonesia mencapai 37,2 persen. Indonesia ada di urutan ke-lima jumlah anak dengan kondisi stunting.

"Fatayat NU bekerja pada isu stunting sejak 2012 di Kabupaten Brebes, kabupaten dengan 40 persen kasus stunting," sebut Anggia.

Isu stunting cukup urgen karena Indonesia sedang menyongsong bonus demografi. Jika bayi-bayi saat ini mengalami stunting, maka akan mempengaruhi inovasi bangsa, juga menghabiskan anggaran negara karena warganya akan sering sakit.

"Al-Quran telah menyatakan bahwa berikan anak-anakmu rizki yang halalan thoyyiban. Selain halal, juga harus thoyyiban, berkualitas. Anak tidak mungkin sejak kecil hanya dikasih singkong," tutur Anggia.

Pembicara lain adalah Ninuk Mardiana Pambudy, Wakil Redaktur Harian Kompas, mengetengahkan peran media memperkuat pengalaman masyarakat dalam isu kesehatan. Dia menekankan yang paling penting dalam sebuah tulisan adalah perlunya pesan kuat untuk disampaikan.

"Best practices Fatayat sangat banyak. Akan lebih baik daripada diceritakan dari mulut ke mulut, ditulis kesan-kesan dan cara-cara menyelesaikan persoalan, serta pengalaman-pengalaman menarik yang dapat menarik perhatian pemerintah pusat," tutupnya. [rus]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA