Berdirinya RSCM bermula ketika didirikannya Centrale Burgelijke Ziekenhuis (CBZ) dan bersatu dengan Stovia. Pada 1942, CBZ menjadi Rumah Sakit Perguruan Tinggi (Ika Daigaku Byongin).
Direktur Utama RSCM, Lies Dina Liastuti menyampaikan, refleksi 100 tahun RSCM ini dimaknai sebagai tanggung jawab besar untuk menyehatkan Indonesia dari marabahaya penyakit yang semakin hari semakin aneh.
“Beban rumah sakit ini sebetulnya bukan uang. Kami pompa semangat agar tidak putus asa dalam menjalankan amanah besar, tantangannya luar biasa dalam menghadapi berbagai manusia,†ucap Lies saat ditemui di Jakarta, Senin (23/12).
Selama satu abad berdirinya RSCM, sejumlah dokter telah melakukan penelitian berbagai penyakit dan menjadi rujukan banyak RS dalam mengatasi masalah pasien.
“Untuk penelitian, kami juga memecahkan permasalahan kesehatan berdasarkan keilmuan dari hasil penelitian tersebut,†katanya.
Pihaknya menambahkan, saat ini telah banyak pencapaian RSCM dalam bidang kesehatan dengan mengikuti perkembangan, khususnya dalam kemajuan teknologi dunia.
"Pendahulu saya sudah banyak sekali, saya penerus. Pencapaian tentu banyak sekali, tetapi kami sudah melakukan banyak penelitian termasuk
stem cell atau sel punca,†jelasnya.
Untuk mengembangkan teknologi kesehatannya, RSCM juga telah menciptakan terobosan baru dalam model pelayanan dengan menggunakan sistem
robotic.
"Kami punya sistem
robotic untuk menangani masalah prostat, bayi tabung juga banyak, penyakit dalam, kemoterapi, dan anak,†tandasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: