Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Ilmuwan Mesir Telah Menemukan Vaksin Virus Corona Sejak 2012

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Selasa, 28 Januari 2020, 12:32 WIB
Ilmuwan Mesir Telah Menemukan Vaksin Virus Corona Sejak 2012
Prof Dr Ali Mohamed Zaki, PhD (virologist)/Net
rmol news logo Virus corona telah menewaskan 106 orang di China dan  4.000 orang terinfeksi di beberapa negara. Disebut-sebut virus corona membuat penderitanya mengalami radang pernapasan dengan gejala demam, pusing, batuk-batuk, hingga sesak napas.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Gejala yang mirip dengan penyakit SARS ini telah membuat dunia gempar, bahkan beberapa kota di China telah diisolasi. Dikatakan juga terduga penyebabnya adalah hewan kelelawar.

Para peneliti mengatakan belum ada vaksin untuk virus mematikan ini. China dan Amerika kini berupaya mencari vaksin menyembuh coronavirus atau virus corona.

Ternyata, pada 2012 seorang ilmuwan muslim Mesir, Prof Dr Ali Mohamed Zaki, PhD (virologist), dari Rumah Sakit Dr Soliman Fakeeh di Jeddah, Arab Saudi, telah menemukan vaksin untuk virus corona.

Dokter Ali Mohamed Zaki berhasil mempublikasikan virus temuannya di salah satu jurnal terkemuka, yaitu The New England Journal of Medicine (NEJM) pada Oktober 2012, bersama dengan beberapa ilmuwan (virologist) dari Belanda. Hal itu dikatakan oleh Dokter M Saifudin Hakim, seorang dosen Fakultas Kedokteran UGM, melansir situs kesehatan muslim.

Ketika itu, Ali Mohamed Zaki melaporkan seorang pasien laki-laki berusia 60 tahun dengan gejala demam, batuk, dan kesulitan bernapas. Pemeriksaan selanjutnya menunjukkan adanya proses infeksi di paru-paru.

Pasien itu akhirnya meninggal dunia meskipun telah mendapatkan perawatan intensif. Sayangnya, pemeriksaan di RS Soliman Fakeeh di Jeddah saat itu tidak dapat mengungkap agen penyebab infeksi pasien itu.

Sampel yang berasal dari pasien itu kemudian dikirim ke Departemen (laboratorium) Viroscience, Erasmus Medical Center (EMC), Rotterdam, Belanda, salah satu laboratorium virologi terkemuka di dunia.

Di laboratorium inilah akhirnya diketahui bahwa penyebab infeksi pasien itu adalah virus varian baru dari jenis coronavirus. Karena virus itu diisolasi pertama kali di EMC, virus itu kemudian diberi nama HCoV EMC (Human CoronaVirus Erasmus Medical Center).

Para Analisis menunjukkan bahwa virus HCoV EMC tersebut sangat dekat kekerabatannya dengan coronavirus yang ditemukan di kelelawar (bat coronavirus, yaitu BatCoV-HKU5 dan BatCoV-HKU4). Namun begitu, saat itu belum diketahui bagaimana cara atau mekanisme penularannya ke manusia. Bahkan sampai saat ini hal itu belum terkuak.

Kini, setiap ilmuwan di seluruh dunia yang membicarakan dan mempublikasikan kasus atau riset berkaitan dengan virus MERS-CoV pasti merujuk pada artikel NEJM yang ditulis oleh Profesor Dokter Ali Mohamed Zaki tersebut.

Pemerintah China pada Selasa (28/1), melalui Komisi Kesehatan Provinsi Hubei mengungkap angka kematian yang mencapai 106 orang, sementara korban terjangkit mencapai 4.409 untuk di wilayah China daratan.

Padahal sehari sebelumnya, angka kematian mencapai 82 orang dengan korban terjangkit sekitar 3.700 orang. Angka tersebut belum termasuk korban terpapar lainnya yang berada di luar negeri atau wilayah seperti Hong Kong, Thailand, Makau, Australia, Singapura, Taiwan, Amerika Serikat, Jepang, Malaysia, Korea Selatan, Prancis, Vietnam, Kamboja, Kanada, Jerman, Nepal, hingga Sri Lanka. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA