Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Simulasi Covid-2019 Di Indonesia Bila Gunakan Model Korea: Jumlah Kasus Lebih Dari 8.000

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/yelas-kaparino-1'>YELAS KAPARINO</a>
LAPORAN: YELAS KAPARINO
  • Minggu, 15 Maret 2020, 20:51 WIB
Simulasi Covid-2019 Di Indonesia Bila Gunakan Model Korea: Jumlah Kasus Lebih Dari 8.000
Foto: Repro
rmol news logo Puncak penyebaran virus corona baru atau Covid-19 di Indonesia diperkirakan terjadi pada akhir Maret ini, dan berakhir pada pertengahan April mendatang.

Ini adalah hasil pemodelan yang dilakukan peneliti dari Pusat Pemodelan Matematika dan Simulasi Institut Teknologi Bandung (ITB) dan KK Matematika Industri dan Keuangan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) ITB.

Tiga peneliti yang terlibat dalam pemodelan yang dirilis hari Minggu ini (15/3) adalah Nuning Nuraini, Kamal Khairudin, dan Mochamad Apri.

Pemodelan mereka lakukan dengan membandingkan data-data pasien Covid-2019 di sejumlah negara yakni China, Italia, Iran, Korea Selatan, serta kawasan Amerika Selatan, dengan menggunakan Kurva Richards. Untuk mendekati kasus Indonesia, para peneliti menggunakan model Korea Selatan.

“Dengan bekal ini dibuat perhitungan “kasar” dan sederhana (untuk) proyeksi kasus di Indonesia,” antara lain tulis para peneliti di dalam pemodelan itu.

Pemodelan yang mereka lakukan memberikan proyeksi jumlah kasus yang secara konsisten meningkat hingga mencapai angka lebih dari 8.000 kasus. Selain itu, jumlah kasus baru harian juga akan meningkat hingga akhir bulan Maret, dengan angka maksimum di kisaran 600 kasus.

“Jumlah ini tentu jauh di bawah jumlah kasus baru di China yang bisa mencapai angka 20.000 kasus baru per hari,” tulis mereka lagi.

Pada bagian akhir, para peneliti menggarisbawahi sekali lagi bahwa profil penelitian mereka menggunakan parameter model Korea Selatan yang dipandang cukup berhasil menjalankan SOP pencegahan pandemi penyebaran NCOVID-19.

“Bisa dibayangkan bila langkah pencegahan ini tidak dilakukan secara serius, maka kasus bisa berlipat dalam puluhan, ratusan, ribuan bahkan jutaan penderita,” tulis penelitian itu lagi.

Mereka mengakui bahwa pendekatan model yang mereka lakukan masih sederhana dan belum sempurna.

Tetapi pada dasarnya semua model yang ada memberikan pesan yang sama bahwa jumlah kasus yang sebenarnya tidak diketahui. Namun yang jelas kasus yang terjadi jauh lebih tinggi daripada yang dilaporkan. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA