Namun, perjuangannya belum berakhir. Karena hingga kini, masih saja ada stigma negatif dari masyarakat terhadap pasien maupun perawat yang pernah terjangkit virus corona.
Karena itu, perempuan berusia 29 tahun ini pun mengajak agar penderita Covid-19 tidak dikucilkan. Justru, mereka harus mendapat dorongan moril agar tetap semangat untuk melawan penyakit.
Hal ini telah ia rasakan betul saat menjalani masa isolasi selama 16 hari di RS Mardi Rahayu.
"Selama dirawat, saya mendapat banyak dukungan. Terutama dari rekan-rekan di rumah sakit yang sering menghibur lewat komunikasi handphone. Jadi di pikiran menjadi positif," katanya, Selasa (21/4).
Menurutnya, dengan pikiran positif akan membuat proses penyembuhan juga maksimal. Sebab, tubuh merespons baik berbagai tindakan dan obat yang diberikan dokter.
"Tapi sebaliknya, jika pikiran negatif dan khawatir berlebihan justru tidak baik," imbuhnya, dikutip
Kantor Berita RMOLJateng.Sukarsih menceritakan, awal mulanya ia merasakan sakit perut, diare dan kepalanya pusing setelah empat hari bertugas di ruang isolasi khusus Covid-19, pada 25 Maret lalu.
Saat itu, dia mengira kondisi itu adalah efek lain dari menstruasi yang tengah dialaminya.
Karena kondisinya semakin tidak nyaman, dia memeriksakan diri ke instalasi gawat darurat (IGD). Dokter yang memeriksanya menyarankan untuk rawat inap setelah mengetahui Sukarsih memiliki riwayat bertugas di ruang isolasi khusus Covid-19.
"Pada 27 Maret 2020, dokter menyarankan untuk CT Scan Thorax atau CT Scan dada. Hasilnya ternyata mengarah ke Covid-19 dan saya berstatus jadi pasien dalam pengawasan (PDP). Hari itu juga saya dipindah ke ruang isolasi khusus PDP,†bebernya.
Keesokan harinya, Sabtu (28/3), Sukarsih menjalani
rapid test. Hasilnya, Sukarsih positif Covid-19. Untuk memastikan, pihak rumah sakit mengambil sampel
swab Sukarsih di hari yang sama dengan
rapid test.
Hasil uji
swab ternyata menguatkan
rapid test. Sukarsih dinyatakan positif terinfeksi virus corona.
Kemudian, pada Jumat (3/4), Sukarsih menjalani tes Polymerase Chain Reaction (PCR) dan kembali mendapatkan kabar tak menyenangkan. Hasil tes itu menyatakan dia positif Covid-19.
Mengetahui seluruh tes yang dia jalani menyatakan positif Covid-19, Sukarsih mengaku sempat syok. Namun dia terus menyemangati diri agar sembuh dari penyakit tersebut.
"Saya yakin dan percaya kalau saya pasti akan sembuh," paparnya.
Hingga akhirnya pada Sabtu dan Minggu (4-5/4) atau tepat 14 hari sejak bertugas di ruang isolasi, Sukarsih menjalani dua tes
swab lanjutan. Kali ini, kedua hasilnya negatif.
Sukarsih pun dinyatakan sembuh dan diizinkan pulang dari rumah sakit. Hasil
swab diperkuat laporan PCR-nya, yang juga menunjukkan negatif Covid-19. Hasil PCR itu keluar pada Rabu lalu (8/4).
"Saya sembuh dan boleh pulang. Negatif artinya tidak ada virus lagi di tubuh, sehingga saat pulang juga benar-benar aman, tidak ada virus di tubuh yang bisa menular ke orang lain. Semuanya indah pada waktunya,†tandasnya.
Direktur RS Mardi Rahayu dr Pujianto meminta masyarakat agar tidak menciptakan stigma negatif terhadap pasien yang telah sembuh dari Covid-19.
Dia menjamin pasien telah terbebas dari Covid-19 sehingga tidak bisa menularkan virus corona kepada orang sekitarnya.
"Tidak tepat kalau masyarakat mengucilkan atau buat stigma (pada pasien yang masih dirawat maupun yang sembuh). Jangan takut dengan Covid-19, tapi tetap waspada," tegas dr Pujianto.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: