Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kronologi Penyebaran Corona Di Pabrik Sampoerna, Versi Pemerintah Kota Surabaya

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/agus-dwi-1'>AGUS DWI</a>
LAPORAN: AGUS DWI
  • Minggu, 03 Mei 2020, 01:07 WIB
Kronologi Penyebaran Corona Di Pabrik Sampoerna, Versi Pemerintah Kota Surabaya
Wakil Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Surabaya, Eddy Christijanto/RMOLJatim
rmol news logo Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya memastikan telah mengambil langkah cepat dalam menangani kasus Covid-19 yang dialami karyawan PT HM Sampoerna Tbk, Rungkut Surabaya.

Bahkan, pemkot sendiri yang menyarankan pihak manajemen agar melakukan isolasi bagi karyawannya yang reaktif rapid test.

Tak hanya itu, mulai 19 April 2020 hingga hampir 1 minggu, Pemkot Surabaya telah menjalin komunikasi dengan manajemen PT HM Sampoerna.

Sejak 27 April 2020, pemkot juga getol melakukan tracing dan penyemprotan di lingkungan perusahaan dan perkampungan, untuk mencegah dan memutus mata rantai persebaran virus tersebut.

Bahkan, komunikasi terus dilakukan hingga akhirnya pihak manajemen bertemu langsung dengan Walikota Surabaya Tri Rismaharini pada 26 April 2020 di Balai Kota Surabaya.

“Karena ibu (Walikota Surabaya) juga menyarankan tolong Sampoerna tutup sementara dan minta supaya seluruh yang positif rapid test itu dimasukkan isolasi di hotel, dan dia (pihak manajemen) menyanggupi,” kata Wakil Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Surabaya, Eddy Christijanto dikutip Kantor Berita RMOLJatim saat menggelar jumpa pers di Balai Kota Surabaya, Sabtu (2/5).

Eddy menyebut, pada 27 April 2020, pihaknya kembali bertemu dengan manajemen. Ia juga kembali menyampaikan kepada manajemen kapan akan dilakukan isolasi bagi karyawan yang positif rapid test.

Namun begitu, pihak manajemen menyampaikan masih berkomunikasi dengan hotel di wilayah barat.

“Kita sarankan, jangan (hotel) di wilayah Surabaya barat, cari yang dekat dengan kantor (PT HM Sampoerna) supaya pantauannya dan pengawasannya lebih enak. Akhirnya disepakati dapatlah salah satu hotel di wilayah Surabaya Timur,” ungkapnya.

Akan tetapi pada 28 April 2020, Eddy mengaku kembali berkomunikasi dengan pihak manajemen melalui sambungan telepon dan menanyakan progres isolasi.

Namun, lagi-lagi, pihak manajemen menyatakan jika masih dimatangkan untuk proses isolasi di hotel.

“Kemudian pada 29 April 2020, kami telepon lagi (manajemen) akhirnya mereka, ya pak ini kami sudah mulai melakukan isolasi (karyawan),” kata Eddy.

Untuk memastikan hal tersebut, Eddy menyatakan, bahwa Pemkot Surabaya kemudian menempatkan beberapa anggota di salah satu hotel yang ditunjuk sebagai tempat isolasi.

Tujuannya untuk memantau betul apakah karyawan yang positif rapid test tersebut telah dilakukan isolasi di hotel.

“Anggota saya pantau di sana (hotel) sampai mereka (karyawan) masuk semua sejumlah 98, bukan 32 seperti kata awal yang kami terima,” ujarnya.

Nah, untuk mencegah dan memutus rantai persebaran Covid-19 di lingkungan perusahaan tersebut, Pemkot Surabaya telah mengambil langkah cepat dengan melakukan penyemprotan disinfektan.

Sejak 27 April 2020, pemkot getol melakukan penyemprotan disinfektan menggunakan mobil PMK (Pemadam Kebakaran). Bahkan, Eddy mengungkapkan, penyemprotan yang dilakukan mobil PMK tak hanya menyasar di lingkungan perusahaan.

Namun, di belakang, samping kanan dan kiri perusahaan yang berhubungan dengan permukiman, juga dilakukan penyemprotan disinfektan.

“Jadi mulai tanggal 27 April 2020 sampai dengan tadi malam itu kami melakukan penyemprotan di lokasi itu,” tegasnya.

Di samping getol melakukan penyemprotan disinfektan, Pemkot Surabaya juga menyebar Kasatgas Linmas di 14 kelurahan untuk dilakukan pemantauan kepada karyawan yang reaktif.

Pasalnya, dari informasi awal, ada 32 positif rapid test itu tinggal dan tersebar di 14 kelurahan. Sehingga Pemkot Surabaya menyebar petugas untuk memantau kondisi kesehatan yang bersangkutan dan keluarganya.

“Kami juga sampaikan kepada ketua RT dan RW untuk ikut menjaga jangan sampai keluarganya ikut terkucilkan. Karena sekarang ini, ketika di lingkungan (perkampungan) ada satu positif, keluarga ikut dikucilkan,” katanya.

Maka dari itu, pihaknya bersama Camat dan Lurah juga menyampaikan kepada pengurus RT, RW, maupun masyarakat sekitar agar keluarga jangan sampai dikucilkan.

Di sisi lain, pemkot juga meminta kepada manajemen PT HM Sampoerna untuk ikut membackup isolasi mandiri bagi keluarga karyawan.

Karena, keluarga mereka juga termasuk ODR (orang dalam resiko) atau OTG (orang tanpa gejala), sehingga juga harus melakukan isolasi di rumah.

Bahkan, Eddy memastikan, sampai saat ini pihaknya terus melakukan pengawasan melalui Kasatgas Linmas dan Lurah dengan berkomunikasi langsung bersama RT-RW untuk memantau kondisi keluarga mereka.

Sementara itu, bagi karyawan yang positif rapid test, dilakukan isolasi di salah satu hotel.

“Tujuannya apa? supaya mereka (keluarga) bisa melakukan aktivitas dan mereka bisa melakukan isolasi mandiri di rumahnya dengan tenang,” paparnya.

Kepala BPB dan Linmas Kota Surabaya ini juga menambahkan, berdasarkan hasil test swab yang positif, hari ini ada 37 yang sudah dilakukan isolasi di hotel.

Sedangkan sisanya, menjalani perawatan di dua Rumah Sakit. Bahkan, hingga saat ini Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya juga terus bekerja melakukan perawatan bagi yang positif.

“Jadi itu yang dilakukan oleh pemkot, begitu kita mendapatkan informasi dari tim tracing, kita langsung melakukan antisipatif, antisipasi, baik dari sisi sosial, dari sisi protokol untuk perusahaan, kita lakukan penutupan isolasi selama 14 hari dan itu sudah kami lakukan,” pungkasnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA