Meski demikian, Walikota Semarang, Hendrar Prihadi menekankan, masyarakat masih harus tertib menaati ketentuan PKM sesuai dengan Perwal No. 28 Tahun 2020.
"Yang perlu digarisbawahi, walaupun penderita Covid-19 trennya cenderung turun, tapi grafiknya masih fluktuatif. Sehingga masih dibutuhkan ketertiban sedulur-sedulur," ucap Walikota Semarang, dikutip
Kantor Berita RMOLJateng.
Lebih lanjut Hendi, panggilan akrabnya, berharap hingga batas pemberlakuan PKM pada 24 Mei nanti, tidak ada masyarakat yang menyepelekan potensi penyebaran corona ini. Sehingga penerapan PKM ini tak perlu dilanjutkan.
"Sebaliknya, kalau masyarakat kemudian tidak tertib, maka tidak akan selesai selesai," tandasnya.
Lebih jauh Hendi menuturkan, jumlah penderita Covid-19 di kota yang dipimpinnya tersebut pernah berada pada titik tertinggi pada 24 April 2020, dengan jumlah 148 penderita.
"Jumlah penderita Covid-19 di Kota Semarang itu kemudian mulai turun sejak diberlakukannya PKM. Tercatat, hingga hari ke-14 diberlakukannya PKM, yaitu pada 10 Mei 2020, jumlah penderita Covid-19 di Kota Semarang turun menjadi 68 orang. Angka tersebut lebih dari separuh jumlah penderita yang ada sebelum diberlakukannya PKM," terang Hendi.
Tak hanya itu lanjut Hendi, kasus penderita Covid-19 meninggal di Kota Semarang juga tidak bertambah selama diberlakukannya PKM.
Dari data publik yang ditampilkan di portal
siagacorona.semarangkota.go.id, kasus meninggal terakhir kali terjadi pada 25 April 2020. Di sisi lain, angka kesembuhan pasien Covid-19 di Kota Semarang juga terus naik. Mencapai 188 orang hingga 10 Mei 2020.
"Adapun data ODP dan PDP di Kota Semarang walaupun masih bergerak fluktuatif, namun tren yang ditunjukkan juga cenderung turun. Menjadi 440 ODP dan 246 PDP hingga 10 Mei 2020," pungkas Hendi.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: