Selamat Idul Fitri
Selamat Idul Fitri Mobile
Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Dapatkah Terapi Otak Membantu Penyembuhan Pasien Covid-19?

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Rabu, 13 Mei 2020, 07:26 WIB
Dapatkah Terapi Otak Membantu Penyembuhan Pasien Covid-19?
Ilustrasi/Net
rmol news logo Penelitian yang diterbitkan oleh The Journal of Physiology melaporkan, cedera paru-paru bisa dibantu pengobatannya lewat terapi otak. Otak adalah pengontrol pernapasan dan aliran darah. Lewat terapi otak pasien dengan gangguan pernapasan seperti cedera paru-paru akibat Covid-19 bisa dibantu proses pemulihannya.

Cara ini juga bisa mempercepat proses menyapih pasien dari ventilator mekanik, seperti dikutip dari laman Health Europa, Selasa (12/5).

Sebuah studi baru pada tikus telah mengungkapkan bahwa otak bisa menjadi target terapi potensial untuk pasien Covid-19.

Dengan infeksi pernapasan seperti Covid-19 atau infeksi paru lainnya, aktivasi sistem kekebalan adalah bagian dari respons normal dan sehat. Namun, dalam beberapa kasus respon inflamasi sangat kuat sehingga menyebabkan kerusakan paru-paru lebih lanjut yang disebut cedera paru akut (ALI) dan dalam bentuk yang paling parah adalah sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS).

Perawatan klinis khas pasien dengan kondisi ini difokuskan pada meminimalkan kerusakan paru lebih lanjut dengan menggunakan bentuk ventilasi mekanis khusus.

Covid-19 mungkin memiliki dampak yang bertahan lama

Studi baru menunjukkan bahwa cedera dari Covid-19  tidak terbatas pada paru-paru tetapi juga memiliki dampak yang langgeng pada kontrol pusat pernapasan.

Inilah sebabnya mengapa menargetkan bagian-bagian otak yang mengatur pernapasan kita mungkin merupakan terapi penting untuk menyapih pasien dari dukungan ventilasi setelah pemulihan mereka dari infeksi pernapasan yang parah.

Saat ini, terapi ALI dan ARDS berfokus pada paru-paru untuk mempertahankan pertukaran gas dan meminimalkan cedera lebih lanjut.

Para peneliti memeriksa tikus dengan cedera paru-paru dan menentukan bahwa daerah otak yang mengontrol pernapasan juga terpengaruh. Faktanya, karakteristik pola pernapasan patologis tetap ada bahkan ketika paru-paru diangkat. Selain itu, peradangan tampak jelas di bagian otak yang menghasilkan pola pernapasan. Ini menunjukkan bahwa paru-paru bukan satu-satunya faktor yang terlibat dalam gangguan pernapasan pada cedera paru-paru.

Mengomentari penelitian ini, penulis pertama Yee-Hsee Hsieh mengatakan bahwa perawatan klinis untuk penyakit pernapasan biasanya berfokus pada mengadopsi protokol ventilasi yang melindungi paru-paru.

"Studi ini menunjukkan kita juga perlu membahas peran sistem saraf pusat dan peradangan saraf untuk sepenuhnya mengobati cedera paru-paru akut dan mungkin penyakit paru-paru lainnya seperti Covid-19." rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA