Penurunan grafik kasus Covid-19 ini juga diiringi dengan berkurangnya para tenaga kesehatan (nakes) yang tinggal di rumah singgah.
Ketua Harian Gugus Tugas Covid-19 Kota Bandung, Ema Sumarna mengatakan, saat ini hanya tersisa 31 persen penghuni di Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (P4TKIPA) dari 88 kamar yang dibuka untuk menampung 176 tenaga medis.
Sedangkan di Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Taman Kanak-kanak dan Pendidikan Luar Biasa (P4TK TK PLB) hanya terisi 20 persen dari semula 53 tenaga kesehatan yang ditampung di 24 kamar.
Lebih lanjut Ema menambahkan, penurunan kasus juga selaras dengan berkurangnya penghuni ruang isolasi di rumah sakit. Dari 487 tempat tidur yang tesedia di seluruh rumah sakit di Kota Bandung kini tinggal terisi 25 persennya saja.
“Kemudian tempat tidur di rumah sakit rujukan semakin berkurang. Data ini saling menguatkan, tidak ada yang kontradiksi. Tempat tidur tidak penah beranjak dari 32 persen. Bahkan sekarang turun. Diharapkan tidak lagi terisi,†tutur Ema, Selasa (23/6), dikutip
Kantor Berita RMOLJabar.
Kendati terkendali, Ema memastikan Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung akan tetap melacak Covid-19 melalui
rapid test dan PCR (polimerase chain reaction) atau swab test. Sehingga tetap bisa mendapatkan data yang akurat agar penanganan bisa terfokus dan tepat pada sasaran.
Terlebih, sambung Ema, Pemkot Bandung memiliki laboratorium Biosafety Level-2 (BSL-2) berkapasitas 2.000 sampel per hari. Sehingga kini 80 puskesmas di seluruh wilayah Kota Bandung pun bisa melakukan tes PCR dengan estimasi hasil pengujian keluar antara 3-7 hari.
“Pelacakan ini tetap kita lakukan. Sekarang bisa saja pelacakan tidak dilakukan, tapi nanti bisa jadi bom waktu,†demikian Ema.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: