Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

AS Borong Remdesivir, Bagaimana Nasib Pasokan Untuk Negara Berkembang?

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Kamis, 02 Juli 2020, 09:33 WIB
AS Borong Remdesivir, Bagaimana Nasib Pasokan Untuk Negara Berkembang?
Remdesivir, obat yanng terbukti efektif untuk pasien Covid-19/Net
rmol news logo Amerika Serikat (AS) mengumumkan telah memborong 92 persen obat remdesivir yang diproduksi oleh laboratorium Gilead hingga akhir April. Itu membuat banyak khawatir akan akses obat yang terbukti efektif untuk Covid-19 tersebut.

Melansir CNA, Inggris dan Jerman pada Kamis (2/7) menyatakan telah memiliki stok remdesivir yang cukup.

“Inggris telah menggunakan remdesivir untuk beberapa waktu, pertama dalam uji coba dan sekarang dalam skema akses awal ke obat-obatan. Inggris saat ini memiliki stok yang cukup,” ungkap jurubicara Perdana Menteri Inggris.

Di Jerman, seorang juru bicara kementerian kesehatan mengatakan pemerintah sudah mengamankan stok remdesivir sejak dini untuk perawatan pasien Covid-19 dan saat ini cadangan tersebut sudah cukup.

Sementara itu, Gilead sendiri mengaku telah memberikan lisensi bebas-royalti kepada sembilan produsen obat generik di India, Pakistan dan Mesir. Mereka akan memiliki hak untuk mendistribusikan versi remdesivir mereka di 127 negara berkembang.

"Di negara lain, akses ke remdesivir akan diprioritaskan terlebih dahulu sesuai dengan persetujuan dan otorisasi peraturan dan insiden penyakit, dan kemudian oleh keparahan penyakit, untuk menyediakan akses ke pasien dengan kebutuhan yang paling mendesak," ujar Gilead.

"Remdesivir akan diproduksi oleh pabrik Gilead di Amerika Serikat tetapi juga oleh mitra manufaktur di Amerika Utara, Eropa dan Asia, untuk meningkatkan pasokan," tambahnya.

Meski begitu beberapa ahli ekonomi tampaknya khawatir mengenai produksi redemsivir yang tidak dilakukan dengan lisensi di bawah klausa kekayaan intelektual Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Associate Professor di bidang ekonomi di University of East Anglia,  Farasat Bokhari, mengatakan, setidaknya adasatu produsen di Bangladesh, Beximco, yang memproduksi remdesivir tanpa lisensi.

Sebelumnya Presiden AS, Donald Trump mengungkap telah mencapai kesepakatan luar biasa agar orang Amerika memiliki akses ke obat pertama yang efektif menangani Covid-19.

Gilead juga telah menetapkan harga sebesar 2.340 dolar AS atau Rp 33 juta (Rp 14.442/dolar AS) untuk enam botol (rata-rata obat yang dihabiskan untuk pasien dalam lima hari normal). Artinya 390 dolar AS atau RP 5,6 juta per botol untuk negara maju.

Remdesivir sendiri telah mendapatkan persetujuan oleh Administrasi Obat dan Makanan AS pada 1 Mei setelah uji klinis yang menunjukkan obat itu dapat mengurangi waktu pemulihan Covid-19 selama empat hari. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA