Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Covid-19 Mengamuk Di Prancis, Ratusan Petugas Kesehatan Yang Kewalahan Turun Ke Jalan Tuntut Kenaikan Gaji

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Jumat, 16 Oktober 2020, 11:25 WIB
Covid-19 Mengamuk Di Prancis, Ratusan Petugas Kesehatan Yang Kewalahan Turun Ke Jalan Tuntut Kenaikan Gaji
Petugas kesehatan melakukan protes di Place Vauban di Paris pada 15 Oktober 2020/Net
rmol news logo Semakin tak terkendalinya angka kasus Covid-19 berdampak buruk terhadap kondisi sejumlah rumah sakit di Prancis dan membuat sebagian besar petugas kesehatan kewalahan.

Keadaan ini memicu ratusan petugas kesehatan turun ke jalan-jalan Paris untuk melakukan protes terhadap pemerintah terkait penanganan pandemik pada Kamis (15/10) sore waktu setempat.

Para dokter, perawat dan petugas kesehatan lainnya yabg semuanya menggunakan masker medis melambaikan spanduk dan bendera saat mereka berbaris dari monumen kota Invalides ke Kementerian Kesehatan di 7th Arrondissement.

Tak hanya di Paris, demonstrasi juga terjadi di sejumlah kota Prancis lainnya, termasuk Annecy, Besançon, Saint-Étienne dan Rennes.

Dengan tingkat infeksi yang meningkat dan tempat tidur di unit perawatan intensif (ICU) dengan cepat terisi, petugas kesehatan menuntut gaji yang lebih baik, kondisi kerja yang lebih baik dan mempekerjakan lebih banyak staf untuk menanggapi wabah.

“Rumah sakit dan institusi publik lainnya telah runtuh di bawah aktivitas eksponensial sejak awal pandemi Covid-19, tanpa sumber daya manusia dan fisik yang diperlukan,” kata serikat pekerja Konfederasi Umum untuk Kesehatan dan Pekerjaan Sosial (CGT Santé et Action Sociale), seperti dikutip dari AFP, Jumat (16/10).

Dalam seminggu terakhir saja, jumlah rawat inap karena virus korona meningkat di Prancis sebanyak 6.529, menurut angka terbaru dari badan pemerintah Kesehatan Masyarakat Prancis (Santé Publique Prancis) dengan 1.750 pasien baru yang dirawat di ICU negara itu.

Demonstrasi hari Kamis terjadi sehari setelah Presiden Emmanuel Macron mengumumkan sejumlah pembatasan baru untuk menahan penyebaran virus - termasuk jam malam dari jam 9 malam hingga 6 pagi di Paris dan delapan hotspot lainnya - sambil mengakui tekanan yang meningkat pada layanan kesehatan negara itu.

“Virus sekarang ada di mana-mana di Prancis. Perawat kami kelelahan, karena mereka berada di garis depan selama gelombang pertama, kemudian harus menjadwal ulang semua perawatan lain selama musim panas, dan ada gelombang kedua ini,” kata Macron dalam sebuah wawancara di televisi nasional.

“Akibatnya, kami tidak memiliki tempat tidur sebagai cadangan, tempat tidur tersembunyi. Itulah mengapa kami perlu mengambil tindakan paling ketat untuk mendapatkan kembali kendali penuh," lanjutnya.

Sementara itu, Perdana Menteri Jean Castex mengumumkan pada hari Kamis (15/10) waktu setempat, bahwa pemerintah berencana untuk mempercepat jadwal untuk memperkenalkan paruh kedua dari kenaikan gaji bulanan sebesar 183 euro untuk petugas kesehatan dari Maret 2021 menjadi 'sebelum akhir tahun'.

Dia menambahkan bahwa setiap staf yang menunda rencana untuk pergi selama liburan All Saint minggu depan juga akan menerima bonus 110 sampai 200 euro per hari.

Namun bagi ratusan petugas kesehatan yang melakukan protes di seluruh negeri pada hari Kamis, upaya pemerintah belumlah cukup.

"Situasi di rumah sakit bahkan lebih buruk daripada gelombang pertama, layanan darurat kelebihan beban," kata Lionel le Plagneul, perwakilan medis yang mengambil bagian dalam protes di kota barat Rennes, kepada AFP.

Secara keseluruhan, saat ini ada total 809.684 kasus virus corona yang dikonfirmasi di Prancis, menjadikannya negara dengan tingkat infeksi tertinggi kedua di Eropa, setelah Spanyol. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA