Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Di Balik Suksesnya Penemuan Vaksin Covid-19 Pfizer, Ada Pasangan Suami Isteri Yang Tetap Bersahaja Walau Telah Kaya Raya

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Selasa, 10 November 2020, 13:49 WIB
Di Balik Suksesnya Penemuan Vaksin Covid-19 Pfizer, Ada Pasangan Suami Isteri Yang Tetap Bersahaja Walau Telah Kaya Raya
Pasangan suami isteri Ugur Sahin dan Özlem Türeci, penemu vaksin Covid-19/Net.
rmol news logo Perusahaan Jerman BioNTech dan mitranya di Amerika Serikat, Pfizer, yang mengembangkan vaksin virus corona, pada Senin (9/11) mengumumkan bahwa hasil awal dari uji coba fase 3 yang sedang berlangsung menunjukkan bahwa vaksin tersebut 90 persen efektif dalam mencegah infeksi Covid-19.

Kedua perusahaan itu menyatakan kesuksesannya dalam rilis pertama dari uji coba skala besar vaksin virus corona. Tidak ditemukan masalah keamanan yang serius terkait dengan vaksin tersebut.

Para peneliti meyakini efek imunisasi akan bertahan panjang dalam melindungi seseorang setidaknya selama satu tahun.  Jika terbukti keampuhannya, vaksin Pfizer dan BioNTech akan menjadi terobosan dalam memerangi pandemi virus corona.

Kesuksesan BioNTech dan Pfizer sebagai pembuat obat pertama yang menunjukkan data sukses dari uji klinis berskala besar dari vaksin virus corona, tidak lepas dari peran pasangan suami isteri Ugur Sahin dan Özlem Türeci.

Ugur, 55 tahun, yang saat ini adalah Kepala Eksekutif BioNTech, adalah putra seorang imigran Turki yang bekerja di pabrik Ford di Cologne. Penemuannya dalam berbagai obat menjadikannya masuk dalam 100 orang Jerman terkaya.

Sementara isterinya, Oezlem Tuereci, 53 tahun, adalah putri seorang dokter Turki yang bermigrasi ke Jerman.

Keduanya kompak mengatakan dalam sebuah wawancara media bagaimana mereka mengabdikan diri untuk penemuan-penemuan pengobatan berbagai jenis penyakit, terutama kanker dan tumor. Bahkan pada hari pernikahan mereka, keduanya meluangkan waktu untuk kerja laboratorium.

Bersama-sama mereka mengasah sistem kekebalan sebagai sekutu potensial dalam perang melawan kanker dan mencoba mengatasi susunan genetik unik dari setiap tumor.

Keduanya kemudian tertarik untuk membuka usaha sendiri dalam bidang penemuan obat pada tahun 2001 dengan mendirikan Ganymed Pharmaceuticals untuk mengembangkan antibodi pelawan kanker. Sahin - yang saat itu menjadi profesor di Universitas Mainz - tidak pernah menyerah pada penelitian dan pengajaran akademis.

Mereka memenangkan pendanaan dari MIG AG serta dari Thomas dan Andreas Struengmann, yang menjual bisnis obat generik Hexal ke Novartis pada tahun 2005.

Kemudian, usaha itu dijual ke Astellas Jepang pada tahun 2016 dengan nilai hingga 1,4 miliar dolar AS. Saat itu, tim di belakang Ganymed sudah sibuk membangun BioNTech, yang didirikan pada 2008, untuk mengembangkan perangkat imunoterapi kanker yang lebih luas.

Bagi Kromayer dari MIG, Tuereci dan Sahin adalah 'tim hebat dan impian' karena mereka berhasil mendamaikan visi mereka dengan batasan realitas.

Pada bulan Januari 2020, Sahin menemukan sebuah makalah ilmiah tentang wabah virus Corona baru di kota Wuhan, China dan dia terkejut betapa kecilnya langkah dari obat mRNA anti kanker ke vaksin virus berbasis mRNA. Di situlah langkah dan nasib BioNTech berubah drastis.

BioNTech dengan cepat menugaskan sekitar 500 staf untuk memproyeksikan "kecepatan cahaya" untuk mengerjakan beberapa kemungkinan senyawa, memenangkan raksasa farmasi Pfizer dan pembuat obat China Fosun sebagai mitra pada bulan Maret.

Matthias Theobald, sesama profesor onkologi di Universitas Mainz yang telah bekerja dengan Sahin selama 20 tahun, mengatakan Sahin bekerja ekstra untuk menampik kecenderungan meremehkan pengobatan Covid-19.

Kini, nilai pasar dari BioNTech yang terdaftar di Nasdaq, yang didirikan oleh pasangan itu, telah menggelembung menjadi 21 miliar dolar AS pada penutupan Jumat, dari 4,6 miliar dolar AS setahun yang lalu, dengan perusahaan akan memainkan peran utama dalam imunisasi massal melawan virus corona.

"Dia adalah orang yang sangat sederhana dan rendah hati," ujar Theobald tentang Sahin dan isterinya.

"Penampilan tidak berarti baginya. Tapi dia ingin menciptakan struktur yang memungkinkan dia untuk mewujudkan visinya dan di situlah aspirasi jauh dari sederhana,” katanya, seraya menambahkan meskipun kini pasangan suami isteriitu telah menjadi kaya raya, Sahin tetap bersahaja. Biasanya dia menghadiri rapat bisnis dengan hanya mengenakan jeans dan membawa helm sepeda dan ransel khasnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA