Bima mengatakan, dirinya sempat mendapat pertanyaan dari masyarakat tentang dirinya yang terapar Covid-19 pada Maret lalu.
"Setelah saya sembuh mulai ada orang yang nanya. 'Kang, waktu itu benar sakit?' Maksudnya apa? 'Enggak nanya aja'. Banyak orang yang enggak percaya, Wali Kota dikira pura-pura saja. Settingan," ujar Bima dalam jumpa pers virtual yang disiarkan kanal Youtube BNPB, Jumat (4/12).
Selain dari pengalamannya, Bima juga mendapatkan hasil survei dari LaporCovid dan MTU Singapore yang memaparkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap keberadaan Covid-19.
"Ada 19 persen warga Bogor percaya Covid konspirasi, 29 persen percaya Covid nyata, dan lebih bahaya lagi 50 persen antara percaya dan tidak," bebernya.
Karena hal tersebut, akhirnya Pemerintah Kota Bogor mengubah strategi penanganan Covid-19. Di mana, Pemkot Bogor mengutamakan strategi edukasi ketimbang penegakkan hukum.
"Saya berkesimpulan, kita harus memadukan antara ketegasan dan kasih sayang. Ngegas terus enggak mungkin, membiarkan juga lemah. Makanya di Bogor kita memberikan edukasi," terang Bima.
"Jadi edukasi penting, dua baru kita bicara kepatuhan, lalu
law enforcement. Jadi itu aja, di mix," pungkasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: