Demikian hasil studi yang dilakukan oleh para ilmuwan perusahaan dan University of Texas Medical Branch (UTMB) yang dipublikasikan di New England Journal of Medicine (NEJM), seperti dikutip
Al Jazeera, Kamis (18/2).
Perusahaan mengatakan, studi tersebut hanya dilakukan di laboratorium, dan belum ada bukti uji coba pada manusia bahwa varian virus mengurangi perlindungan vaksin.
Kendati begitu, perusahaan akan melakukan investasi dan pembicaraan untuk mengembangkan versi terbaru dari vaksin jika diperlukan.
Studi sendiri dilakukan dengan mengembangkan virus rekayasa yang mengandung mutasi yang sama dengan B.1.351. Pengujikan dilakukan terhadap darah yang diambil dari orang yang telah diberi vaksin.
Hasilnya, tingkat antibodi turun dua pertiga dibandingkan varian virus yang paling umum.
Meski begitu, profesor UTMB dan rekan penulis studi Pei-Yong Shi yakin vaksin Pfizer-BioNTech melindungi orang dari varian Afrika Selatan.
"Kami tidak tahu berapa angka penetralisir minimum. Kami tidak memiliki batasan itu," ujarnya.
Meski varian mengurangi keefektifan, ia mengatakan, vaksin tetap membantu dari gejala Covid-19 yang parah hingga kematian.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.