Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Agar Indonesia Tak Jadi India Kedua, Kemenkes Siapkan Langkah-langkah Antisipasi

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/raiza-andini-1'>RAIZA ANDINI</a>
LAPORAN: RAIZA ANDINI
  • Rabu, 21 April 2021, 12:44 WIB
Agar Indonesia Tak Jadi India Kedua, Kemenkes Siapkan Langkah-langkah Antisipasi
Jurubicara Kementerian Kesehatan, dr Siti Nadia Tarmizi/Net
rmol news logo Peningkatan kasus Covid-19 di India yang sangat tinggi menyita perhatian dunia, termasuk Indonesia.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Untuk itu, Pemerintah Indonesia akan melakukan berbagai upaya agar kasus Covid-19 di tanah air bisa terus dikendalikan, sehingga tidak mengalami kejadian seperti di India.

Begitu dikatakan Jurubicara Kementerian Kesehatan, dr Siti Nadia Tarmizi, menyikapi melonjaknya kasus positif Covid-19 di India dan upaya yang akan dilakukan terkait pencegahaan di Indonesia, Rabu (21/4).

“Yang pasti kita terus menerus mengedukasi masyarakat. Adanya larangan mudik itu kan salah satu upaya kita menjaga supaya mengurangi mobilitas,” kata Nadia.

Langkah antisipasi lainnya adalah pelaksanaan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) berskala mikro. Khususnya di daerah-daerah tujuan mudik, daerah zona merah atau yang kasusnya meningkat.

Kemudian diikuti oleh penguatan testing, tracing, dan treatment, terutama di daerah-daerah tujuan mudik.

Nadia menjelaskan, pemerintah juga terus meningkatkan capaian program vaksinasi. Teorinya bahwa 70% dari sasaran vaksinasi bisa memberikan perlindungan, atau menekan laju penularan virus.

“Kita tahu bahwa vaksin kan memberikan perlindungan kepada individu untuk dia tidak menjadi sakit. Kalaupun sakit, tidak parah atau berakhir kematian. Itu perlindungan yang diberikan,” paparnya.

Pemerintah berharap kepada seluruh masyarakat agar bisa menahan diri sehingga tidak mudik. Nadia mengaku bisa memahami bahwa masyarakat menginginkan sekali bisa berkumpul bersama keluarga saat Lebaran.

“Tapi tentunya kita harus menahan diri jangan sampai kemudian terjadi pelonjakan kasus di kemudian hari. Kita tahu bahwa peningkatan kasus selalu berhubungan dengan mobilitas yang tinggi,” terangnya.

Dia juga menjelaskan, sudah sekitar 17 juta dosis vaksin yang disuntikan sampai saat ini. Untuk dosis pertama sudah dilakukan terhadap 11,1 juta penerima dan dosis kedua 6,1 juta.

Jika vaksinasi semakin cepat dan banyak, atau mencapai 70% dari jumlah penduduk Indonesia, maka kekebalan kelompok akan terjadi. Kondisi itu pasti akan menekan laju penularan Covid-19.

Fakta sekarang baru sekitar 11 juta orang yang divaksin atau 6% dari target. Kalau dibandingkan jumlah penduduk, angka itu masih kecil. Artinya belum cukup untuk memberikan perlindungan kekebalan kelompok.

Sementara mengenai stok vaksin, Nadia mengungkapkan sebenarnya pada April ini Indonesia mendapatkan dua sumber vaksin, yakni AstraZeneca dan Sinovac.

Namun, AstraZeneca menunda pengiriman vaksin. India meminta menunda pengiriman karena ada peningkatan kasus. Dengan keterbatasan vaksin ini pemerintah melakukan berbagai upaya.

"Jadi yang seharusnya vaksin dikirim April, itu baru bisa dikirimkan Mei. Jumlahnya tidak mencapai 11 juta juga, jadi akan dikirimkan kurang lebih sekitar 5 juta. Pemerintah memastikan vaksinasi pada Mei, vaksinnya betul-betul datang. Kemudian, meminta Biofarma untuk meningkatkan kapasitas produksinya,” tutupnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA