Jurubicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito menyampaikan hal tersebut dalam jumpa pers virtual yang diiarkan kanal Youtube Sekretariat Presiden.
Dalam kesempatan itu Wiku menjelaskan, efikasi yang tinggi merupakan satu tanda terpenting yang dibutuhi dalam membentuk sistem kekebalan tubuh pada seseorang.
"Studi klinis fase 3 pada lebih dari 42 ribu subjek di Uni Emirat Arab dan beberapa negara, menunjukkan efikasi vaksin Sinopharm sebesar 78,02 persen," ujar Wiku dikutip Minggu (30/5).
Selain itu, Wiku juga mengatakan bahwa vaksin Sinopharm telah mendapatkan persetujuan
Emergency Use of Authorization (EUA) di lebih dari 27 negara, dan juga telah mendapatkan
Emergency Use of Listing (EUL) dari WHO pada 7 Mei 2021.
Indonesia, lanjut Wiku,sudah mengeluarkan EUA sejak April 2021. Vaksin ini menurutnya aman dipakai kelompok lansia dan orang-orang dewasa, jika melihat persentase efikasi yang tercatat tersebut.
"Hasil pengukuran imunogenesitas penggunaan vaksin menunjukkan pembentukan antibodi tergolong tinggi pada orang lansia dan dewasa," sambungnya.
Meski demikian, Wiku mengingatkan agar vaksinasi tidak menjadikan masyarakat merasa aman sepenuhnya dari Covid-19. Akan tetapi, karena seluruh jenis pengendalian COVID-19 saling melengkapi, dan tidak bisa berdiri sendiri, perlu kerjasama semua pihak.
Wik menyatakan, Indonesia saat ini masih memfokuskan penanganan dan pencegahan penularan pada kelompok-kelompok rentan terpapar Covid-19.
Sebab sampai saat ini, vaksin untuk anak-anak belum diutamakan mengingat di tingkat dunia sebagian merk vaksin belum sepenuhnya diuji pada kategori pada anak-anak.
"Saat ini Indonesia fokus kelompok rentan, dan secara statistik didominasi usia 18 tahun. Hal ini untuk memperlambat laju penularan," lanjutnya.
Lalu, perkembangan terbaru dari hasil
Whole Genome Sequencing (WGS) per 25 Mei 2021, ada sebanyak 1.744 WGS yang dikumpulkan ke bank data GISAIDM, dimana sebanyak 1.711 diantaranya sudah selesai dilakukan.
Sedangkan untuk varian baru atau
varian of concern yang terdeteksi ialah jenis B117 sebanyak 16 kasus, varian B1617+ sebanyak 27 kasus, varian B1351 sebanyak 2 kasus dan varian B1525 sebanyak 1 kasus.
Namun masyarakat sebaiknya tidak fokus terhadap penemuan varian virus. Melainkan adanya data terbaru hasil WGS dijadikan upaya meningkatkan kewaspadaan dengan semakin mematuhi protokol kesehatan.
"Dan adanya varian baru tidak menimbulkan ketakutan yang berlebihan. Karena dapat berujung pada melemahkan imunitas diri," demikian Wiku.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: