“Karena hal ini merugikan program vaksinasi, sehingga berimbas pada rendahnya cakupan vaksinasi, tidak hanya vaksinasi Covid-19,†kata pemerhati imunisasi, Julitasari Sundoro, Jumat (4/6).
Julitasari meminta masyarakat untuk mencari dan mendapatkan penjelasan soal vaksin dari sumber yang kredibel dan dapat dipercaya, seperti Kementerian Kesehatan serta Kemkominfo.
“Agar masyarakat jangan menelan mentah-mentah suatu berita dan informasi. Kita harus cek kembali kalau ragu dan tidak langsung menyebarkannya,†ujarnya.
Menjawab keraguan masyarakat terhadap kandungan vaksin Covid-19, Julitasari menyatakan, sebenarnya kandungan vaksin Covid-19 ini adalah antigen dari virus SARS-CoV-2 yang diperlukan untuk membentuk antibodi.
“Apabila mendengar ada demam atau bengkak di tempat penyuntikan, itu adalah hal yang biasa saja dalam proses pembentukan antibodi dalam tubuh manusia," jelasnya.
"Reaksi-reaksi ringan akibat divaksinasi itu bisa hilang dalam satu dua hari. Dalam kartu vaksinasi pun sudah diberikan nomor kontak untuk menghubungi apabila terjadi kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI),†tandas Julitasari.
Sepanjang pandemi melanda tanah air, sejumlah hoax terkait vaksin cukup banyak tersebar melalui media sosial. Terkini, disebutkan vaksin Covid-19 mengandung magnet.
Hal ini tersebar dalam sebuah video yang memperlihatkan sebuah uang koin pecahan seribu rupiah menempel di lengan seseorang yang baru selesai divaksin, sehingga diklaim vaksin mengandung magnet.
Video tersebut pun sudah dibantah oleh Satgas Covid-19 dan dinyatakan sebagai hoax.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: