Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Ada Corona, Kasus DBD Di Asia Tenggara Anjlok

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Rabu, 23 Juni 2021, 10:45 WIB
Ada Corona, Kasus DBD Di Asia Tenggara Anjlok
Nyamuk Aedes aegypti/Net
rmol news logo Jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) yang disebabkan oleh virus yang ditularkan nyamuk Aedes aegypti mengalami penurunan di Asia Tenggara.

Dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, negara-negara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, Fililpina, Kamboja, dan Laos mencatat penurunan kasus DBD pada 2021.

Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan, kasus DBD di Indonesia turun dari 64.251 menjadi kurang dari 10.000 pada awal tahun 2021 hingga 3 Juli 2021 jika dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.

Di Malaysia, penurunan terjadi 75 persen pada periode yang sama, dari 45.088 menjadi 11.100 kasus. Kamboja mengalami penurunan 72 persen, Laos, 76 persen, dan Thailand 82 persen. Sedangkan Filipina lebih dari setengahnya.

Negara-negara di Asia Tenggara biasanya mencatat lonjakan kasus DBD pada periode sebelum dan ketika musim hujan. Kelembaban, suhu, dan curah hujan yang meningkat menjadi faktor penyebabnya.

Sejumlah ahli menyebut rendahnya jumlah kasus DBD pada tahun ini karena pengaruh dari situasi pandemi Covid-19.

Profesor penyakit menular di London School of Hygiene and Tropipcal Medicine, Martin Hibberd mengatakan, meski jumlah kasus resmi tercatat rendah, namun dikhawatirkan penyebaran di lapangan justru lebih tinggi lantaran banyak orang tidak pergi ke rumah sakit karena adanya pandemi Covid-19.

"Kedua, puskesmas tidak dalam mode responsif normal. Prioritas mereka ada di tempat lain dan mereka tidak menguji sebanyak yang mereka lakukan. Jadi jumlah yang dilaporkan lebih sedikit,” tambahnya, seperti dikutip CNA.

WHO sendiri tidak mengidentifikasi faktor penyebab yang jelas terkait penurunan kasus DBD pada tahun 2021. Tetapi seorang jurubicaranya menyebut terdapat beberapa kemungkinan alasan, termasuk pengendalian vektor yang lebih proaktif, sistem pengawasan nasional yang lebih kuat dan komunikasi yang lebih baik dengan masyarakat.

Selain itu, tuntutan yang luar biasa untuk menangani pandemi Covid-19 mungkin membuat pemantauan kasus DBD turun ke prioritas yang lebih rendah.

“Sayangnya, Covid-19 telah berdampak pada berbagai program rutin terkait kesehatan di banyak negara. Pendeteksian dan pelaporan kasus DBD juga diyakini dipengaruhi oleh berkurangnya akses ke fasilitas kesehatan, dan keengganan untuk mencari perawatan medis di fasilitas karena kekhawatiran kemungkinan terpapar pasien Covid-19," jelasnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA