Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Diyakini Jadi Penyebab Kematian Puluhan Anak di Gambia, Empat Obat Batuk Ini Dilarang WHO

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Kamis, 06 Oktober 2022, 09:35 WIB
Diyakini Jadi Penyebab Kematian Puluhan Anak di Gambia, Empat Obat Batuk Ini Dilarang WHO
Ilustrasi/Net
rmol news logo Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan imbauan untuk tidak menggunakan empat obat batuk dan pilek buatan perusahaan India, Maiden Pharmaceuticals Limited, karena telah terkontaminasi.

Larangan tersebut muncul setelah ada laporan kematian puluhan anak di Gambia akibat cedera ginjal yang kemungkinan terkait dengan empat sirup obat batuk dan pilek tersebut.

Empat produk obat itu adalah Promethazine Oral Solution, Kofexmalin Baby Cough Syrup, Makoff Baby Cough Syrup, dan Magrip N Cold Syrup.

"Peringatan Produk Medis WHO ini mengacu pada empat produk di bawah standar, diidentifikasi di Gambia dan dilaporkan ke WHO pada September 2022," kata badan itu, seperti dimuat ANI News.

"Produk medis di bawah standar adalah produk yang gagal memenuhi standar kualitas atau spesifikasinya dan oleh karena itu di luar spesifikasi," lanjut WHO.

Meski ditemukan di Gambia, obat-obat ini diyakini telah didistribusikan ke negara atau wilayah lain.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pihaknya sedang melakukan penyelidikan bersama dengan regulator India dan pembuat obat, Maiden Pharmaceuticals, yang berbasis di New Delhi.

Sampai saat ini, Maiden menolak mengomentari peringatan WHO.

Berdasarkan analisis laboratorium dari sampel masing-masing empat obat tersebut, ditemukan jumlah diethylene glycol dan ethylene glycol yang "tidak dapat diterima" atau yang dapat menjadi racun saat dikonsumsi.

Diethylene glycol dan ethylene glycol beracun bagi manusia ketika dikonsumsi dan dapat berakibat fatal.

"Efek racun dapat mencakup sakit perut, muntah, diare, tidak mampu buang air kecil, sakit kepala, perubahan kondisi mental, dan cedera ginjal akut yang dapat menyebabkan kematian," kata WHO.

Sejak akhir Juli, pemerintah Gambia telah mendeteksi lonjakan kasus cedera ginjal akut di antara anak-anak di bawah usia lima tahun. Beberapa anak mulai jatuh sakit dengan masalah ginjal tiga sampai lima hari setelah minum sirup paracetamol yang dijual secara lokal.

Pada Agustus, 28 orang telah meninggal, tetapi otoritas kesehatan mengatakan jumlah korban kemungkinan akan meningkat. Data WHO 5 Oktober, sebanyak 66 orang meninggal. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA